PEMBAHASAN
KONSEP DASAR BELAJAR
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab denan semua lapisan Masyarakat. Bagi para pelajar atau Mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing.
Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari ataupun pagi hari.
Namun, dari semua itu tidak semua orang mengetahui apa itu belajar. Seandainya dipertanyaakan apa yang sedang di lakukan? Tentu saja jawabanya adalah belajar. Itu saja titik. Sebenarnya dari kata “belajar” itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar.
Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja, mereka mempunyai alasan yang dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.
James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman.
Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang di tunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotor.
B. Hakikat Belajar
Pada pembahasan terdahulu telah dibahas mengenai pengertian belajar. Pada bagian ini, akan dibicarakan masalah hakikat belajar. Hakikat belajar ini sangat penting diketahui untuk di jadikan pegangan dalam memahami secara mendalam masalah belajar. Dari sejumlah pengertian belajar yang telah di uraikan, ada kata yang sangat penting untuk di bahas pada bagian ini, yaitu kata “perubahan” atau change. Change adalah sebuah kata dalam bahasa Inggris yang bila di indonesiakan berarti “perubahan”.
Ketika kata “perubahan” dibicarakan dan dipermasalahkan, maka pembicaraan sudah menyangkut permasalahan mendasar dari masalah belajar. Apapun formasi kata dan kalimat yang di rangkai oleh kata ahli untuk memberikan pengertian belajar, maka intinya tidak lain adalah masalah “perubahan” yang terjadi dalam diri individu yang belajar.
Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan di akhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemikiran pengalaman baru, maka individu itu di katakana telah belajar. Tetapi perlu di ingatkan, bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan perubahan tingkah laku akibat mabuk karena meminum minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan, dan sebagainya, bukanlah kategori belajar.
Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.
C. Ciri-Ciri Belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam cirri-ciri belajar diantara cirri-ciri belajar tersebut adalah:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mbauk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajarmenulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi bisa menulis.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individual sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat di artikan sebagai perubahan belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanent. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya, kecakapan seseorang anak dalam memainkan piano setelah belajar tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya, seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian, perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui seseuatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya jika seseorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.
Demikianlah pembicaraan mengenai cirri-ciri belajar sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kerangka pemahaman terhadap masalah belajar.
D. Teori-Teori Belajar
Dari dulu hingga sekarang para ahli psikologis dan pendidikan tidak bosan-bosannya membicarakan masalah belajar. Penelitian demi penelitian sudah pula dilakukan. Berbagai teori belajar telah tercapai sebagai hasil kerja keras dari penelitian. Kritik-kritik terhadap teori-teori belajar yang sudah ada dan dirasakan mempunyai kelemahan selalu dilakukan di belantika kehidupan, mengisi lembaran sejarah dalam dunia pendidikan. Begitulah adanya.
Namun, perlu disadari bahwa setiap teori belajar selalu tersimpan kelemahan di balik kelebihannya. Bagi pemakai teori-teori belajar diharapkan memahami kelemahan dan kelebihan teori-teori belajar yang ada agar dapat mengusahakan apa yang seharusnya dilakukan dalam perbuatan belajar.
Untuk mengetahui teori-teori belajar yang telah di kemukakan oleh apra ahli, akan di kemukakan dalam pembahasan berikut:
- Teori belajar menurut ilmu jiwa daya
Ahli-ahli jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan jiwa yang tersedia. Manusia hanya memanaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal.
- Teori Tanggapan
Teori tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang teori belajar yang dikemukakan oleh ilmu jiwa daya. Herbart adalah orang yang mengemukakan teori tanggapan. Menurut Herbart teori yang dikedepankan oleh ilmu jiwa daya tidak ilmiah, sebab psikologi daya tidak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Oleh karena itu, Herbart mengajukan teorinya, yaitu teori tanggapan. Menurutnya unsure jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.
- Teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt
Gestalt adalah sebuah teori belajar yang dikemukan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhannya lebih penting dari bagian-bagian. Sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan. Orang yang jauh itu pada mulanya hanyalah satu titik hitam yang terlihat bergerak semakin dekat dengan si penganut.
Dalam belajar, menurut teori Gestatl yang terpenting adalah penyesuain pertama, yaitu mendapatkan respon atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan menulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan dari pada hanya memasukan sejumlah kesan. Belajar dengan insight (pengertian) adalah sebagai berikut:
- Insight tergantung dari kemampuan dasar
- Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan (dengan apa yang dipelajari)
- Insight hanya timbul apabila situasi belajar di atur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
- Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit
- Belajar dengan insight dapat diulangi
- Teori Belajar Dari R. Gagne
R. Gagne memberikan 2 definisi
a) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku
b) Belajar adalah pengetahuan atau terampilan yang diperoleh dari intruksi.
Segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori yaitu:
1. Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan misalnya melempar bola, main tennis, mengemudi mobil, mengetik huruf R.M dsb.
2. Informasi Ferbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar dalam hal ini dapat di mengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu itu perlu inteligensi.
3. Kemampuan Intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan symbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut kemampuan intelektual misalnya membedakan huruf M dan N, menyebutkan tanaman yang sejenis.
4. Strategi Kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal yang perlu untuk belajar mengingat dan berfikir.
5. Sikap
Kemampuan ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan ferbal, seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.
- Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori sarbont. Sarbont singkatan dari stimulus, respon, dan bont. Stimulus berarti rangsangan, respon berarti tanggapan dan bont berarti di hubungkan. Rangsangan di ciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian di hubungan antara keduanya dan terjadinlah asosiasi. Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terjadi dari penjumlahan bagian-bagian atau unsurnya. Teori aliran ilmu jiwa asosiasi ada 2 teori yang sangat terkenal yaitu teori konektianisme thorndike dan teori conditioning dari irfan P.Tavlop.
- Teori Konektianisme thordike adalah orang yang mengemukakan teori ini dia menyimpulkan bahwa rispon lepas dari kurangan itu lambat lault di asosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar coba-coba. Inilah kesimpulan teori thoendike terhadap perilaku binatang dalam kurungan. Respon benar lambat laut tertanam atau di perkuat melalui peredaran yang berulang-ulang. Respon yang tidak benar diperlemah tercabut gejala ini disebut substitusi respon. Karena pemilihan respin itu merupakan alat atau instrument bagi memperoleh ganjaran. Dari penelitian tersebut ada 3 hukum belajar diantaranya:
- Hukum Efek
- Hukum Latihan
- Hukum Persiapan
Jadi, menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan pancaindera input untuk bertindak. Teori ini ada beberapa kelemahan yaitu:
a. Belajar menurut teori ini bersifat mekanistif
b. Pelajar bersifat terpusat pada guru
c. Anak didik pasif
d. Teori ini lebih mengutamakan materi
- Teori Conditioning
Teori ini juga memiliki kelemahan yaitu:
1. Percobaan-percobaan dalam laboratorium berbeda dengan keadaan sebenarnya.
2. Pribadi seseorang (cita-cita, sanggupan, minat, emosi dsb) dapat mempengaruhi hasil eksperimen
3. Respon mungkin dapat dipengaruhi oleh stimulus yang tidak dikenal
4. Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk beluk belajar yang ternyata sangat komplek.
KESIMPULAN
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab denan semua lapisan Masyarakat. Bagi para pelajar atau Mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari ataupun pagi hari.
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotor.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Syiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi 2, Rieneka Cipta, Jakarta : 2008
Muhibbin Syah,Psikologi Belajar ,Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2009
Prof. Dr.H. Djaali Psikologi Pendidikan ,Bumi Aksara, Jakarta: 2008
0 komentar:
Posting Komentar
NB: Berikan Komentar yang sopan dan berkenaan dengan Artikel diatas.
Saya mohon maaf jika komentar sahabat dan rekan blogger terlambat di respon Karena banyaknya kegiatan yang mengikat he he he, Silahkan copas asalkan cantumkan juga sumbernya yah...!