Perbedaan Ahmadiyah Bahaiah dan Najariyah | Sosiologi Hukum Dalam Teori Klasik Makro Dan Empiris (GS)
BAB I PEMBAHASANA. ALIRAN BAHA’I
Berikut adalah sedikit informasi mengenai Baha’i, aliran sesat sempalan Syi’ah. Tulisan ini kami ambil dari buku “Aliran dan Paham Sesat di Indonesia” yang disusun oleh Ustadz Hartono Ahmad Jaiz dan diterbitkan oleh Pustaka al-Kautsar (ISBN: 979-592-187-8).
Baha’iyah atau baha’isme ini menyatukan agama-agama: Yahudi, Nasrani, Islam dan lainnya
menjadi satu. Hingga aliran ini jelas-jelas dinyatakan sebagai non-Islam[1].
Prof. Dr. M. Abu Zuhrah, ulama Mesir dalam bukunya Tarikh al-Madzaahibil Islamiyyah fis-Siyaasah wal-’Aqaid menjelaskan secara rinci penyimpangan dan kesesatan Baha’iyah, dan ia nyatakan sebagai aliran bukan Islam, berasal dari Syi’ah Itsna ‘Asyariyah (Syi’ah Imamiyah yang kini berkembang di Iran). Pendiri aliran Baha’i ini adalah Mirza Ali Muhammad asy-Syairazi, lahir di Iran 1252 H/1820 M. Ia mengumumkan tidak percaya pada Hari Kiamat, surga dan neraka setelah hisab/perhitungan. Dia menyerukan bahwa dirinya adalah potret dari Nabi-nabi terdahulu. Tuhan pun menyatu dalam dirinya (hulul). Risalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan risalah terakhir. Huruf-huruf dan angka-angka mempunyai tuah terutama angka 19. Perempuan mendapat hak yang sama dalam menerima harta waris. Ini berarti dia mengingkari hukum al-Qur’an, padahal mengingkari hukum al-Qur’an berarti kufur, tandas Abu Zuhrah.
Mirza Ali dibunuh pemerintah Iran tahun 1850, umur 30 tahun. Sebelum mati, Mirza memilih dua muridnya, Subuh Azal dan Baha’ullah. Keduanya diusir dari Iran. Subuh Asal ke Cyprus, sedang Baha’ullah ke Turki. Pengikut Baha’ullah lebih banyak, hingga disebut Baha’iyah atau Baha’isme[2], dan kadang masih disebut Babiyah, nama yang dipilih pendirinya, Mirza Ali.
Kemudian dua tokoh ini bertikai, maka diusir dari Turki. Baha’ullah diusir ke Akka Palestina. Disana ia memasukkan unsur syirik dan menentang al-Qur’an dengan mengarang al-Kitab al-Aqdas diakui sebagai wahyu, mengajak ke agama baru, bukan Islam. Baha’ullah menganggap agamanya universal, semua agama dan ras bersatu didalamnya.
B. Ajaran Baha’ullah
Menghilangkan setiap ikatan agama Islam, menganggap syari’at telah kadaluarsa. Maka aliran ini tak ada kaitan dengan Islam. –Persamaan antara manusia meskipun berlainan jenis, warna kulit dan agama. Ini inti ajarannya.
Mengubah peraturan rumah tangga dengan menolak ketentuan-ketentuan Islam. Melarang poligami kecuali bila ada kekecualian. Poligami ini pun tidak diperbolehkan lebih dari dua istri. Melarang talak kecuali terpaksa yang tidak memungkinkan antara kedua pasangan untuk bergaul lagi. Seorang istri yang ditalak tidak perlu ‘iddah (waktu penantian). Janda itu bisa langsung kawin lagi.
Tidak ada shalat jama’ah, yang ada hanya shalat jenazah bersama-sama. Shalat hanya dikerjakan sendiri-sendiri.
Kabah bukanlah kiblat yang diakui mereka. Kiblat menurut mereka adalah tempat Baha’ullah tinggal. Karena selama Tuhan menyatu dalam dirinya, maka disitulah kiblat berada. Ini sama dengan pandangan sufi (orang tasawuf) sesat bahwa qalbul-mukmin baitullah, hati mukmin itu baitullah.[3]
Informasi Lainnya
Baha’ullah, pemimpin Baha’i (internasional) mati tahun 1892, kuburannya di Israel, tepatnya di Akka. (Inilah mungkin mengapa shalat mereka berkiblat ke Israel, wallahu a’lam)[4].
Kaum Baha’i percaya bahwa al-Bab (sama dengan Baha’ullah) adalah pencipta segala sesuatu dengan kata-katanya.
Secara organisasi, Baha’i berpusat di Haifa, Israel. Baha’i tersebar di 235 negara melalui Baha’i International Community (BIC).
Ajaran Baha’i masuk ke Indonesia sekitar tahun 1878 (sebelum matinya dedengkot Baha’i, Baha’ullah di Israel, 1892 — penulis buku) melalui Sulawesi yang dibawa dua orang pedagang; Jamal Effendi dan Mustafa Rumi. Melihat namanya tentu berasal dari Persia dan Turki. Ia berkunjung ke Batavia (Jakarta), Surabaya dan Bali.
Baha’i dilarang di Indonesia sejak 15 Agustus 1962. Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden No. 264/Tahun 1962 yang berisikan pelarangan tujuh organisasi, termasuk Baha’i.
Pusat kegiatan Baha’i ada di Chicago, Amerika Serikat.
Aliran Baha’i diresmikan oleh Gus Dur (Abdurrahman Wahid, kiai(?) yang terkenal dengan pemikiran nyelenehnya itu) waktu ia menjabat sebagai Presiden, dan setelah itu pada hari berikutnya muncul pernyataan resmi dari NU (Nahdlatul Ulama) daerah Bandung yang menolaknya.
C. PAHAM AHMADIYAH
Apabila paham Mahdi atau Mahdiisme Syi'ah itu lebih ditandai oleh motif-motif politik, maka paham Mahdi Ahmadiyah yang lahir di ujung abad ke-19, tampaknya lebih bermotif pembaharuan pemikiran dalam Islam, terutama dalam menghadapi bahaya Kristenisasi sebagai akibat penjajahan Inggris di India. Dengan demikian, ide kemahdian Ahmadiyah berbeda dengan ide kemahdian Syi'ah yang mencita-citakan terwujudnya kekuasaan politik di dunia Islam di bawah pimpinan al-Mahdi. Mahdiisme Ahmadiyah rupanya tidak bisa terlepas dari kaitannya dengan masalah kehadiran kembali 'Isa- al-Masih di akhir zaman, dimana ia ditugaskan oleh Tuhan untuk membunuh Dajjal, mematahkan tiang salib, yaitu mematahkan argumen-argumen agama Nasrani dengan dalil-dalil atau bukti-bukti yang meyakinkan, serta menunjukkan kepada para pemeluknya kebenaran Islam. Disamping itu ia pun ditugaskan untuk menegakkan kembali syari'at Nabi Muhammad, sesudah ummatnya mengalami kemerosotan dalam kehidupan beragama.[5]
Menurut paham aliran ini, 'Isa dan al-Mahdi adalah satu pribadi, bukan sebagaimana yang dipahami orang pada umumnya. Oleh karena itu, mereka hanya mengambil salah satu dari beberapa hadis-hadis Mahdiyyah yang sesuai dengan keyakinan aliran ini, dan mereka - para pengikut paham Ahmadiyah - memandang hadis Mahdiyyah yang mereka pegangi sebagai otentik seperti hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:[6]
"Tiada seorang pun (sebagai) al-Mahdi selain 'Isa."
Hadis tersebut mereka pahami dan mereka hubungkan dengan pribadi Mirza Ghulam Ahmad sebagai pengejawantahan 'Isa al-Masih dan al-Mahdi, yang berasal dari India. Tentunya para pengikut paham Ahmadiyah ini secara tegas menolak hadis-hadis Mahdiyyah lairmya yang mengandung maksud berbeda dengan paham mereka. Apabila kemahdian Ahmadiyah meniru
sifat-sifat atau watak Nabi 'Isa, maka dalam mene;apai tujuannya, aliran ini tidak suka menempuh jalan kekerasan, akan tetapi dengan jalan damai, sebagaimana yang ditempuh oleh kaum misionaris Kristen. Menegakkan Islam dengan jalan kekerasan atau perang, menurut paham pengikut aliran ini, adalah tidak penting bahkan tidak perlu. Sebab menegakkan agama (Islam) dengan perang, hanyalah merupakan jihad atau perang kecil yang dikenal dengan [kata-kata Arab]. Akan tetapi, yang terpenting adalah jihad akbar [kata-kata Arab] yaitu perang melawan hawa nafsu. Sifat kemahdian Ahmadiyah tersebut, berlainan dengan sifat kemahdian Syi'ah yang jauh lebih agresif. Pada umumnya, pengikut paham Mahdi Syi'ah mendasarkan paham kemahdiannya pada aqidah raj'ah dengan menunggu-nunggu kehadiran kembali pemimpin mereka yang telah wafat, khususnya dari keturunan mereka yang telah wafat, khususnya dari keturunan Ahlul-Bait. Sedangkan paham Mahdi Ahmadiyah tidak didasarkan pada aqidah raj'ah, karenanya pengikut aliran ini tidak memandang penting silsilah al-Mahdi itu berasal dari keturunan Ahlul-Bait. Menurut paham yang terakhir ini, al-Mahdi itu tidak harus keturunan Ahlul Bait atau dari bangsa Arab, akan tetapi siapa saja yang dikehendaki dan
diangkat oleh Tuhan baik dengan jalan wahyu atau ilham. Jika kemahdian Syi'ah selalu dikaitkan dengan masalah keimaman, maka kemahdian Ahmadiyah selalu dihubungkan dengan masalah kenabian, dan kemungkinan masih diturunkannya wahyu sesudah Nabi Muhammad. Persepsi yang demikian ini, apa pun alasan yang mereka ajukan, tetap akan ditolak oleh golongan Islam lainnya, khususnya golongan Sunni.
Dari perbedaan-perbedaan yang prinsip ini, kehadiran aliran Ahmadiyah di tengah-tengah pengikut Sunni, tidak bisa mereka terima pada awal kemunculannya. Bahkan sampai hari ini pun aliran tersebut tidak diakui sebagai kelompok Muslim, oleh Rabitah al-'Alam al-Islami.
D. SEJARAH LAHIRNYA AHMADIYAH
Lahirnya aliran Ahmadiyah merupakan serentetan peristiwa sejarah dalam Islam, yang kemunculannya tidak terlepas dari situasi dan kondisi ummat Muslim sendiri pada saat itu. Sejak kekalahan Turki 'Usmani dalam serangannya ke benteng Wina tahun 1683, pihak Barat mulai bangkit menyerang kerajaan tersebut, dan serangan itu lebih efektif lagi di abad ke-18. Selanjutnya di abad berikutnya bangsa Eropa didorong oleh semangat revolusi industri dan ditunjang oleh berbagai penemuan baru, mereka mampu mencipta senjata-senjata modern[7]. Secara agresif mereka dapat menjarah daerah-daerah Islam di satu pihak, sedangkan di pihak lain ummat Muslim sendiri masih tenggelam dalam kebodohan dan sikap yang apatis dan fatalistis. Akhirnya Inggris dapat merampas India dan Mesir, Perancis dapat menguasai Afrika Utara, sedangkan bangsa Eropa lainnya dapat menjarah daerah-daerah Islam lainnya. Sesudah India menjadi koloni Inggris, tampaknya sikap ummat Muslim yang masih sangat tradisional dan fatalistis, dengan disertai semangat antipati dan fanatisme keagamaan yang berlebihan dalam menghadapi tradisi Barat, menyebabkan mereka semakin terisolasi. Keadaan kaum Muslimin India ini, semakin buruk terutama sesudah terjadinya pemberontaka Mutiny di tahun 1857.
E. TUJUAN AHMADIYAH
Tujuan utama Ahmadiyah bukanlah memasukkan orang Yahudi dan Nasrani kedalam agama Islam, tetapi ingin memasukkan orang Islam kedalam golongannya[8]. Mereka mengaku masih bersyahadat dan puasa. Awalnya Mirza Ghulam Ahmad (pendiri Ahmadiyah) mengatakan bahwa dirinya adalah pelayan Islam, tetapi akhirnya dia mengatakan :“Aku bukan saja sekedar pelayan Islam, tapi juga seorang nabi”. Mirza Ghulam Ahmad berusaha mengelabuhi umat Islam dengan syair-syair yang memuji nabi. Tetapi pada saat yang sama dia mengatakan :“Wajib bagi kita kaum Muslimin untuk mengabdi pada pemerintah Inggris. Aku telah membaktikan separuh hidupku untuk mendukung eksistensi pemerintah Inggris”. Mungkin itu mengapa Inggris bisa bertahan lama dalam menjajah India dan melemahkan kesultanan Islam disana saat itu, dan mungkin itu pula mengapa Ahmadiyah bisa berkembang dengan pesat di Inggris. Lalu mengapa pengikut Ahmadiyah yang lain tidak bisa mengikuti jejak Hasan?. Hal itu karena pengikutnya telah dikuasai oleh Khalifah mereka yang melarang membaca buku ini atau buku itu, mendengarkan perkataan si ini atau perkataan si itu karena semuanya Bathil. Sehingga otak dan pemikiran mereka bagaikan boneka yang mudah diarahkan. Bagi pengikut Ahmadiyah, Kekhalifaan mereka sangat dibangga-banggakan. Mereka selalu mengolok-olok kaum Muslimin umumnya yang hingga saat ini tidak mempunyai Kekhalifahan. Segala persoalan mengenai Fatwa, dakwah, harta hingga kehidupan sosial hanya khalifah yang menetapkan. Bahkan dalam hal berapa jumlah kekayaan pengikut Ahmadiyah dan dimana disimpan hanya khalifah saja yang tahu. Ahmadiyah meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi yang tidak membawa syariat. Tetapi benarkah?. Dalam Kitab Ruhani Khazain jilid 17 Hal. 435, Mirza Ghulam Ahmad mengatakan :“Sesungguhnya saya telah menerima wahyu syariat juga”(terjemahan dari bahasa Urdu, Hasan bin Muhammad Audah, Ahmadiyah Aqaidi wal Ahdats, 81). Selain itu ia membatalkan hukum Jihad dengan pedang. Mirza Ghulam menulis buku dan selebaran sebanyak 50 lemari untuk mendukung penjajah Inggris di India. Ia berkata :“Sesungguhnya telah dibatalkan pada hari ini hukum jihad dengan pedang. Maka tidak ada Jihad setelah hari ini”(Ruhani Khazain jilid 16 Hlm, 28).
Mirza Ghulam juga mewajibkan taat kepada pemerintah Inggris yang saat itu menjajah kaum Muslimin di berbagai Negara. Mirza Ghulam mengatakan :“Sesungguhnya mashab dan akidahku yang aku ulang-ulang bahwa Islam itu mempunyai dua bagian. Bagian pertama taat kepada Allah SWT, dan bagian kedua taat kepada pemerintah Britania (Inggris Raya) yang telah memberikan keamanan dan melindungi kami dari orang zalim”(Ruhani Khazain jilid 6 Hlm 380). Mirza Ghulam juga berkata :“ Telah diwajibkan kepada kami dan kepada turunan kami untuk berterima kasih kepada pemerintahan Britania (Inggris Raya) yang diberkahi ini”(Ruhani Khazain jilid 3 Hlm 166).
F. BANTAHAN TERHADAP AHMADIYAH
Allah menciptakan manusia dari Adam sampai manusia akhir jaman. Dan keturunan Adam jumlahnya ribuan bahkan jutaan pada saat-saat pertama sejarah manusia yang mana terbagi dalam banyak garis keturunan.[9] Nabi Ibrahim hanyalah salah seorang dari sekian banyak garis keturunan Adam yang jumlahnya ribuan yang menyebar ke segala penjuru dunia. Meski Adam dikategorikan sebagai Nabi, tetapi dari sekian banyak Nabi, sebenarnya permulaan adanya Syariat dan ajaran Tauhid (Monoteisme) dimulai dari Nabi Ibrahim as. Dan tentu kita sudah mengetahui bahwa lewat keturunan Nabi Ibrahim-ah Allah memberi gelar kenabian. Nabi Ibrahim memiliki dua jalur keturunan yaitu Ishak yang mengalir ke Bangsa Israel dan Ismail yang mengalir ke Bangsa Arab. Dan Muhammad adalah penutup pada dua garis keturunan Ibrahim[10]. Hal itu dibuktikan oleh Yesus (Isa) yang tidak memiliki keturunan dan Muhammad yang mana keturunannya telah wafat dalam perang Karbala. Kesemuanya tidak memiliki penerus sama
BAB II KESIMPULAN
Dari ketiga golongan ini (ahmadiah, najariah, dan bahaiah) ini persamaannya yaitu sama-sama disebut aliran sesat, dan perbedaannya yaitu kalau golongan bahaiyah itu kabah bukan tempat acuan untuk sembahyang tetapi tempat sembahyang bagi aliran bahaiyah yaitu dimana-mana karena Tuhan mereka mengetahui tentang ibadah kita, sedangkan muhammadiyah yaitu lebih mengutamakan sunnah nabi.
Tujuan utama Ahmadiyah bukanlah memasukkan orang Yahudi dan Nasrani kedalam agama Islam, tetapi ingin memasukkan orang Islam kedalam golongannya. Mereka mengaku masih bersyahadat dan puasa. Awalnya Mirza Ghulam Ahmad (pendiri Ahmadiyah) mengatakan bahwa dirinya adalah pelayan Islam, tetapi akhirnya dia mengatakan :“Aku bukan saja sekedar pelayan Islam, tapi juga seorang nabi”. Mirza Ghulam Ahmad berusaha mengelabuhi umat Islam dengan syair-syair yang memuji nabi. Tetapi pada saat yang sama dia mengatakan :“Wajib bagi kita kaum Muslimin untuk mengabdi pada pemerintah Inggris. Aku telah membaktikan separuh hidupku untuk mendukung eksistensi pemerintah Inggris”.
DAFTAR PUSTAKA
Teologi Islam: “aliran-aliran sejarah analisis perbandingan”, Harun Nasution, UI Press, Jakarta.1986 (hal 21-58).
Kontroversi Aswaja-Aula Perdebatan dan Reinterpretasi, Imam Baihaqi, LKIS. Yogyakarta. 1999.
www.google.com/search?pemahamansyariatislam
[1] Persamaan ajaran antara ahmadiyah dengan ajaran baha’I itu sering disebut-sebut sesat. www.wikipedia.org
[2] Bahaiyah adalah orang yang mengikuti atau yang menganut aliran bahai. Dan bahaiyah sering disebut juga dengan kata bah’ullah.
[3] Kontroversi masalah kakbah dan kiblat para orang muslim untuk melakukan sembahyang.jakarta:1990
[4] http://www.nuonline.com/tentangajaranbahaiyahyangsering menganutpahamsesat.
[5] www.google.com/searchahmadiya.
[6] Dari kata mahdi menjadi muhammadiyah
[7] Bersumber dari site www.google.com
[8] Tujuan ahmadiyah adalah bukan ingin memasukan golongan yahudi kedalam agamanya, tetapi golongan ahmadiyah ingin memasuki golongan yahudi.
[9] Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kenabiaan nabi ibrahim
[10] Ahmadiyah adalah ajaran islam yang menutup kedua jalur keturunan nabi ibrahim alaihi wasallam.
0 komentar:
Posting Komentar
NB: Berikan Komentar yang sopan dan berkenaan dengan Artikel diatas.
Saya mohon maaf jika komentar sahabat dan rekan blogger terlambat di respon Karena banyaknya kegiatan yang mengikat he he he, Silahkan copas asalkan cantumkan juga sumbernya yah...!