Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara harmonis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan abad ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan
Renaissance. Dalam Era Filsafat Modern , yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20. tentunya sangat memacu kita untuk mengembangkan daya fikir. Lanjut ke:BAB I
PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara harmonis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan abad ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Itali (pertengahan abad ke-14).
Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup kristiani dengan mengkaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik.
BAB II
PEMBAHASAN
FILSAFAT PADA ZAMAN MODERN
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara harmonis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan abad ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Itali (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup kristiani dengan mengkaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah. Aliran yang menjadi pendahuluan ajran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret.
Bermula dari William Ockham (1295-1349), yang mengatakan Via Moderna (jalan modern) dan Via Antiqua (jalan kuno). Akibatnya, manusia didewa-dewakan, manusia tidak lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan surge. Akibatnya, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan. Disisi lain, filsafat merosot karena dianggap ketinggalan zaman. Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme, Idealism, Positivisme, Evolusionisme, Materialism, Neo-Kantianisme, Pragmatism, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
A. Rasionalisme
Setelah pemikiran Rasionalisme sampai pada penyempurnaan, yaitu telah tercapai kedewasaan pemikiran, maka terdapat keseragaman mengenai sunber pengetahuan yang secara ilamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri), karena orang mempunyai kecenderungan untuk membantu aliran berdasarkan salah satu diantara keduanya, maka kedua-duanya sama-sama membentuk aliran sendiri yang saling bertentangan. Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern.
Rene Descartes yang mendirika aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi.
B. Empirisme
Sebagai tokahnya adalah Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume. Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indara (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebutlah dengan nama empirisme.
Ø Thomas Hobbes (1588-1679)
Ia seorang ahli pikir Inggris di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford untuk belajar logika skolastik dan fisika, yang ternyata gagal, karena ia tidak berminat sebab gurunya beraliran Aristotelian. Dalam tulisannya, ia telah menyusun suatu system pemikiran yang berpangkal pada dasar-dasar emperis, di samping juga menerima metode dalam ilmu alam yang matematis.
Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk encari sebab-sebabnya. Segala sesuatu yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu/ilmu alam.
Ø John Locke (1932-1704)
Ia dilahirkan di Wrington , deket bristil, Inggris, di samping sebagai seorang ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia, dalam mencapai kebenaran, sampai beberapa jauh (bagaimana) manusia memakai ke,a,puammya.
Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection. Sensation adalah suatu yang dapat berubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sementara itu, revlection adalah pengenalan intuiti yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebuh baik daripada sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang diperoleh Manusia terdiri dari sensation dan reflection.
C. Kritisme
Aliran ini muncul abad ke-18. Suatu zaman baru dimana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara Rasionalisme dengan Empirisme. Zaman ini disebut zaman pencerahan (Aufklarung). Zamam pencerahan ini muncul di mana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, setelah Kant mengadakan penelitian atau penyelidikan (kritik) terhadap peran pengetahuan akal. Setelah itu, manusia terasa bebas dari otoritas yang datangnya dari luar manusia, demi kemajuan/peradaban manusia.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan seharah) telah mencapai hasil yang ,enggembirakan. Di sisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Jadi metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasrknnya diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehingga akal mengenal batasan-batasannya. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan padat diterima kenyataannya.
D. Idealisme
Setelah Kant mengatakan tentang kemampuan akal manusia, maka para murid Kant tidak puas terhadap bata kemampuan akal, alasannya karena akal murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada di luar pengalaman. Untuk itu, dicarinya suatu dasar, yaitu suatu system matefisika yang ditemukan lewat dasar tindakan: aku sebagai sumber yang sengkongkrit-konkritnya. Titik tolak tersebut dipakai sebagai dasar untuk membuat suatu kesimpulan tentang keseluruhan yang ada.
Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak perkembangannya pada Hegel. Hegel lahir di Stuttgart, jerman. Pengaruhnya begitu besar sampai luar jerman. Menjadi professor ilmu filsafat sampai meninggal. Setelah ia mempelajari pemikiran Kant, ia tidak merasa puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis. Menurut pendapatnya, segala peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelas-penjelasannya.
E. Positivisme
Filsafat Positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa yang ada telah diketahui adalah yang factual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif adalah segala gajala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif. Jadi, setelah fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut kita atur dapat memberikan semacam asumsi ke masa depan. Bebarapa tokoh: Agust Conte (1798-1857), John S. Mill(1806-1873). Herbert Spencer (1820-1903).
Ø Agust Comte (1798-1857)
Ia lahir di Montpellier, prancis. Sebuah karyanya adalah ours de philosophia positive (kursus tentang filsafat positif) dan berjasa dalam menciptakan ilmu sosiologi. Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dari tiga tahap: tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah/positif.
Menurut pendapatnya teologis manusia mengarahkan pandangannya kepada hakikat yang batiniah (sebab pertama). Disini manusia percaya kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak, artinya di balik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu..
F. Neo-Kantianisme
Setelah materialisme pengaruhnya merajalela, para murid Kant mengadakan gerakan lagi. Banyak filosof jerman yang tidak puas terhadap Materianisme, positivism, dan idealism. Mereka ingin kembali ke filsafat kritis, yang bebas dari spekulasi idealism dan bebas dari dogmatis positivisme dan materialisme. Gerakan ini disebut Neo-Kantianisme,
Herman Cohen memberikan titik tolak pemikirannya mengemukakan bahwa keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu baru dikatakan ada apabila terlebih dahulu dipikirkan. Artinya ada dan dipikirkan adalah sama sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran.
G. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari kata yunani. Maka pragmatism adalah suatu aliran yang mengerjakan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis, sebagai pengalaman pribadi tentang kebenaran misitik, asalnnya dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat. Artinya segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan. Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, fisiologi, dan filsafat.
Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik antara pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan agama. Ia beranggapan, bahwa masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoritis. Ia menginginkan hasil-hasil yang konkret. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran dari idea tau konsep haruslah deselidiki konsenkuensi-konsenkuensi praktisnya.
H. Filsafat Hidup
Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolodi yang menyebabkan industrialisasi semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola pemikiran manusia. Peranan akal pikir hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun suatu sistesis baru. Bahkan alam semesta atau manusia dianggap sebagai mesin, yang tersusun dari beberapa komponen, dan bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya.
Tokohnya adalah Hnry Bergson (1859-1941). Pada mulanya ia belajar matematika dan fisika. Karena ia mempunuyai kepandaian menganalisis, munculnya masalah baru dalam pikirannya. ia dihadapkan pada masalah matefisika yang tidak tampak dan tempatnya di belakang ilmu pengetahuan. Itulah yang menyebabkan ia terjun ke dalam bidang filsafat. Pemikirannya, alam semesta ini merupakan suatu organism yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis. Perkembangannya seperti meletup-letup dalam keadaan tidak sama sehingga melahirkan akibat-akibat dengan spectrum yang baru. Hanya ada beberapa yang berhasil dapat membentuk suatu organisme kreatif yang sesuai dengan hukum alam.
Pemikiran filsafat Henry Bergson ini sebagai reaksi dari positivisme, materialisme, subjektivisme, dan relativime. Kemudian ia mengupayakan, dengan melalui yang positif (ilmu) tersebut untuk menyalami yang mutlak dalam pengetahuan matafisis. Ia mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan kehendak.
Ø John Dewey (1859-1952)
Ia lahir di Brulington, dan sekaligus menjadi guru filsafat. Pemikirannya, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan dalam tindakan hidup manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran matafisika yang tidak ada manfaatnya.
I. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semua. Kebalikannya kenyataan juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indra. Misalnya, penyakit flu gejalanya batuk, pilek. Dalam filsafat fenomenologi, arti di atas berbeda dengan yang dimaksud, yaitu bahwa suatu gejala tidak perlu harus diamati oleh indra, karena gejala juga dapat dilihat secara batiniah, dan tidak harus berupa kejadian-kejadian. Jadi, apa yang kelihatan dalam dirinya sendiri seperti apa adanya. Dan yang lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai sumber berfikir yang kritis. Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun 1920 hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan positif.
Tokohnya Enmund Husserl (1839-1939). Pemikirannya, bahwa objek atau benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah untuk melihat hakikat gejala-kejala secara intuitif. Sedangkan metode deduktif artinya menghayalkan gejala-gejala dalam bebagai macam yang berbeda. Sehingga akan muncul unsure yang tidak berubah-ubah yaitu hakikat.
J. Eksistensialisme
Kata eksistensialisme berasal dari eks = ke luar, dan sistensi atau sisto = berdiri, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunnya. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.
Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada pada suatu system yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individu, yang konkret. Karena, eksistensi manusia penuh dengan dosa, hanya iman kepada kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan bermasalah karena dosa.
K. Neo-Thomisme
Pada pertengan abad ke-19, di tengah-tengah gereja katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas. Pada mulanya di kalangan gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari pemahaman tersebut. Kemudian, akhirnya menjadi satu paham Thomisme.
BAB III
KESIMPULAN
Bermula dari William Ockham (1295-1349), yang mengatakan Via Moderna (jalan modern) dan Via Antiqua (jalan kuno). Akibatnya, manusia didewa-dewakan, manusia tidak lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan surge. Akibatnya, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan. Disisi lain, filsafat merosot karena dianggap ketinggalan zaman.
Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasionalisme, empirisme, kritisisme, idealism, positivisme, evolusionisme, materialism, neo-kantianisme, pragmatism, filsafat hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Asmoro, Filsafat Umum Edisi Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,Jakarta: Bumi Aksara, 2005
0 komentar:
Posting Komentar
NB: Berikan Komentar yang sopan dan berkenaan dengan Artikel diatas.
Saya mohon maaf jika komentar sahabat dan rekan blogger terlambat di respon Karena banyaknya kegiatan yang mengikat he he he, Silahkan copas asalkan cantumkan juga sumbernya yah...!