SELAMAT DATANG SOBAT, JANGAN LUPA SIMPAN ALAMAT BLOG WWW.GRUPSYARIAH.BLOGSPOT.COM SUPAYA SOBAT MUDAH UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI DISINI

Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan | Grupsyariah (GS)
BAB I PENDAHULUAN
Antopology, cabang ini menguak tentang objek ilmu yang akan di telaah. Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut, bagaimana hubungan antara objek tadi dengan dayat tangkap manusia seperti (berpikir, merasa dan menindera).  Hal ini memungkinkan kita untuk mengenali berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu pengetahuan, seni dan agama
serta meletakan mereka pada tempatnya masing-masing yang saling memperkaya kehidupan kita. Tanpa mengenal cirri-ciri tiap pengetahuan dengan benar, maka bukan saja kita dapat memanfaatkan kegunaanya secara maksimal namun kadang kita bisa salah dalam menggunakanya.
BAB II PEMBAHASAN
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
A.    Pengertian Epistemologi
Secara histories, istilah epistemology digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk  mendekatkan dua cabang filsafat, epistemology  dan ontology. Sebagai sub system filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri” pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi  ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda, bukan saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi persoalanya.
Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep, meskipun cirri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan. Lazimnya, pembahasan konsep apa pun, selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis, guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut. Demikian pula pengertian epistemology  diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya, sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi  itu. Ada beberapa pengertian tentang epistemology yaitu:

  1. Epistemologi  juga disebut teori pengetahuan. Secara etimologi, istilah
  2. Epistemologi  berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan  logos  berarti teori.
  3. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya pengetahuan.

Menurut Musa Asy’arie, epistemology  adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan menurut P.Hardono Hadi menyatakan bahwa epistemology  adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Inti pemahaman kedua pengertian tersebut hampir sama. Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan, sedangkan pengertian yang kedua tentang hakikat pengetahuan.    
Selanjutnya pengertian epistemology  yang lebih jelas dari pada kedua pengertian tersebut, diungkapkan oleh Dogobert D.Runes. dia menyatakan bahwa epistemology adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa epistemology  sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan.
B.     Landasan Aksiologi
Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi, aksiologi adalah “Teori tentang nilai”. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Maka “Etika” dipakai dalam dua arti, pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau masing-masing lain.
Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya atau eksistensinya maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisis.
Hubungan Antara Ontologi dengan Pendidikan
Ontology merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin  diketahui oleh manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontology pendidikan adalah objek materi pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan.
Jadi, hubungan antologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah terletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.

Hubungan Antara Epistemologi dengan Pendidikan
Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Aspek epistemology adalah kebenaran fakta atau kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kebenaranya.

Hubungan Antara Aksiologi dengan Pendidikan
Aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan, menyelidiki hakikat nilai, serta berisi mengenai etika dan estetika. Penerapan aksiologi dalam pendidikan misalnya saja adalah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah etika atau sikap yang baik itu, selain itu adalah mata pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah karya manusia.
Dasar aksiologis Pendidikan adalah Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.

Beberapa Aliran Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan dari filsafat umum, maka selama membahas filsafat  pendidikan akan berangkat dari filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai. Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam aliranya, maka dalam filsafat pendidikanpun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu:
  1. Filsafat Pendidikan “progresif”
Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantic naturalisme dari Roousseau.
  1. Filsafat Pendidikan “konservatif”
Didasarkan oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius.


C.    Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
1.      Filsafat Pendidikan Idealisme
Memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh mulai panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali.

2.      Filsafat Pendidikan Realisme
Merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme yaitu: Aristoteles, Johan Amos Comenius, William Mc Gucken, Fancis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

3.      Filsafat Pendidikan Materialisme
Berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual  atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.

4.      Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun, sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yagn manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles Sandre Peirce, William James, John Dewey, Heracleitos.

5.      Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tilich.

6.      Filsafat Pendidikan Progresivisme
Bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan  suatu gerakan  dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa  kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus berpusat pada anak bukanya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini: George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.

7.      Filsafat Pendidikan Esensialisme
Adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trand-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh aliran ini: William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breen dan Isac L. Kandell.

8.      Filsafat Pendidikan Peranialisme
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidak pastian, dan ketidak teraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio cultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan Ortimer Adler.

9.      Filsafat Pendidikan Rekonstruksionalisme
Merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir di dasarkan  atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
BAB III KESIMPULAN
Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia, salah satu diantaranya yakni hidup baik dari sebelumnya atau bisa disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut di dukung atau dapat diwujudkan melalui pendidikan. Dikaitkan dengan penjelasan diatas, menurut pendapat pemakalah filsafat pendidikan yang sesuai atau mengarah pada terwujudnya kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif yang di dukung oleh sebuah idealisme, rasionalisme (kenyataan). Itu dikarenakan filsafat pendidikan mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan, dan nilai seperti yang telah disebutkan diatas.
Jadi, aliran filsafat pendidikan yang pas dan tepat sesuai dengan pendidikan yang mengarah pada kehidupan yang maju menurut pikiran pemakalah, yakni filsafat pendidikan progresivisme (berfokus pada siswanya). Tapi akan lebih baik lagi bila semua filsafat diatas bisa saling melengkapi.

0 komentar:

Posting Komentar

NB: Berikan Komentar yang sopan dan berkenaan dengan Artikel diatas.

Saya mohon maaf jika komentar sahabat dan rekan blogger terlambat di respon Karena banyaknya kegiatan yang mengikat he he he, Silahkan copas asalkan cantumkan juga sumbernya yah...!

Copyright: © 2012- By : Grup Syariah Metro™ Kumpulan Makalah Pendidikan Dan Tempat Berbagi Ilmu Pengetahuan
Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute