Pengantar Ilmu Ushul Fiqh | Sosiologi Hukum Dalam Teori Klasik Makro Dan Empiris (GS) BAB I PEMBAHASAN
KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT BERAGAMA
Tafsir Surat Al-Mumtahannah: 8-9;Ali Imron:118;Al-Maidah:5 dan Al-Kafirun:1-6
Menganut suatu keyakinan terhadap adanya kekuasaan yang tak terbatas yang menguasai segala sesuatu yagn selanjutnya disebut sebagai perasaan naluri beragama adalah merupakan fitrah manusia. Itulah sebabnya ketika Allah SWT menurunkan ajaran-Nya
yang berisi perintah beriman kepada-Nya, maka perintah tersebut sejalan dengan fitrah manusia. Dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 31 yang berbunyi:
yang berisi perintah beriman kepada-Nya, maka perintah tersebut sejalan dengan fitrah manusia. Dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 31 yang berbunyi:
•• ••
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar-Rum:31).
Dalam keyakinan islam, kepercayaan Terhadap Tuhan yang merupakan inti sikap keagamaan yang sejalan dengan fitrah manusia itu, karena keimanan itulah yang selanjtunya mendasari sikap, pandangan, dan pola hidup manusia dalam ekonomi, politik, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Demikian pula hubungan islam dengan Agama Hindu yang terjadi di India, hingga kini banyak diwarnai konflik dan permusuhan serta peperangan yang menelan korban jiwa. Setiap agama ternyata membawa ajaran kemanusiaan dan kedamaian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membangun kerukunan di antara agama-agama tersebut.
Orang islam misalnya akan menyatakan kata pertama yang diucapkan seorang Muslim adalah assalamu’alaikum yang berarti keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian untukmu semua. Karena itu, islam adalah agama perdamaian. Demikian pula orang Kristen Katolik mengklaim bahwa agama Kristen adalah agama cinta kasih. Dengan kata lain hubungan antara agama tidak ada persoalan manakala dilihat pendekatan tekstual misi ajaran agama masing-masing. Orang islam menganggap bahwa masuknya islam secara damai, sedangkan orang Hindu-Budha menganggapnya melalui perang.
Berdasarkan kenyataan tersebut, tampak bahwa dari satu sisi agama membawa misi kedamaian, kemanusiaan, persaudaraan, dan seterusnya. Namun pada sisi lain agama dapat menjadi penyebab terjadinya konflik. Pertentangan dan perang karena perbedaan paham agama seringkali terjadi pada hampir semua agama di berbagai belah bumi. Pertama, al-Qur’an mengembangkan adanya orang-orang penganut agama lain (Yahudi, Nasrani, Penyembah binatang, dan lain-lain) sebagai orang yang baik, berdamai, toleran, dan bersahabat. Hal ini terjadi karena agama yang mereka anut belum ditumpangi oleh pengaruh-pengaruh keduniaan. Dengan demikian, perbedaan agama tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk berbuat adil dan kemanusiaan. Kenyataan inilah yang diungkapkan dalam Al-Qur’an surat al-Mumtahannah ayat 8 yang berbunyi sebagai berikut:
•
Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (Q.S. Al-Mumtahanah: 8).
Adanya permusuhan antara kelompok direkam dalam Al-Qur’an. Namun, jangan sampai permusuhan tersebut menyeret-nyeret masalah agama, karena penyebabnya adalah bukan agama. Diantara orang-orang yang bermusuhan itu sebenarnya terdapat rasa kemanusiaan, keadilan dan ketuhanan. Perasaan ini bisa saja tumbuh dengan izin Allah SWT. Kenyataan itulah yang diungkap dalma surat al-Mumtahanah surat 7 yang berbunyi:
••
Artinya: “Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. dan Allah adalah Maha Kuasa. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Mumtahanah: 7).
Namun, bersamaan dengan itu, al-Qur’an menginformasikan adanya orang-orang yang berlainan agama yang tidak memusuhi dan memerangi umat islam, yang disebabkan karena faktor-faktor yang berada di luar agama. Seperti ini dinyatakan dalam surat al-Mumtahanah ayat 9 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Mumtahanah: 9).
Terhadap orang-orang yang memusuhi umat islam, Allah SWT mengingatkan agar bertindak waspada dan hati-hati. Namun Allah SWT sama sekali tidak menyebutkan agama sebagai faktor yang menyebabkan mereka memusuhi orang islam itu. Kenyataan inilah yang diungkap dalam surat Ali Imron ayat 188 berikut ini:
••
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Q.S. Ali Imron: 118).
Al-Qur’an mengemukakan adanya orang Yahudi dan Nasrani yang berkelakuan buruk dan harus di kutuk, dan mengakui pula adanya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang bersikap netral bahkan berbuat baik dengan penganut agama lain, khususnya orang-orang islam. Dinyatakan dalam surat Al-Maidah ayat 5 sebagai berikut:
•
Artinya: “Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang merugi.” (Q.S. Al-Maidah: 5).
Dipihak lain, terdapat pula orang-orang Ahl Al-Kitab, Yahudi dan Nasrani yang tidak mematuhi ajarannya. Mereka itu selanjutnya disebut sebagai orang kafir dan musyrik yang kelak akan di masukan ke dalam neraka jahanam karena pilihannya sendiri. Orang-orang yang demikian itulah yang suka mengganggu penganut agama lain, sehingga dapat menimbulkan pertentangan antara satu dan lainnya. Sikap yang demikian itulah yang digambarkan dalam surat Al-Kafirun sebagai berikut:
•
Artinya: “Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."(Q.S. Al-Kafirun: 1-6).
Kandungan surat Al-Kafirun ini berkaitan dengan kandungan surat sebelumnya yaitu surat Al-Kautsar. Jika pada surat Al-Kautsar, Allah memerintahkan kepada Rosul-Nya agar beribadah dengan ikhlas dan bersyukur atas nikmat-Nya, maka pada surat Al-Kafirun berisi penjelasan terhadap apa yang disaratkan terdahulu kepada manusia, yaitu jauh sebelum menusia dilahrikan,yakni ketika berada dalam kandungan ia sudah menyatakan beriman kepada Allah SWT.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut diatas, dapat diketahui bahwa agama islam bukanlah faktor yang menjadi penghambat dalam membina hubungan antara pemeluk agama. Al-Qur’an al-Karim telah meletakan ajaran tentang kerukunan hidup antar umat beragama secara adil dan proporsional. Terhadap kelompok yang demikian itu, umat islam dapat melakukan persahabatan dengan baik, dalam batas-batas yang tidak mencampuradukan agama masing-masing.
Selanjutnya dalam rangka membangun kerukunan antar umat beragama ini, umat islam harus melihat pula adanya persamaan-persamaan di antara umat beragama tersebut. Namun sebagai manusia mereka memiliki persamaan. Mereka sama-sama keturunan Nabi Adam as, diciptakan dari bahan dan struktur tubuh yang sama, hidup di bumi yang sama, makan dan minum dari bahan yang sama, menghirup udara yang sama, dibatasi oleh kematian yang sama, memiliki potensi rohaniah yang sama (yakni akal, hati, jiwa, dan perasaan), kecenderungan psikologis yang sama (merasa ingin ber-Tuhan, ingin dihargai, ingin dihormati, ingin disayangi dan seterusnya).
Dengan adanya banyak sekali unsure persamaan ini maka tidaklah beralasan jika perbedaan agama membawa kepada perpecahan. Secara keyakinan berbeda tetapi secara manusiawi adalah sama. Untuk itu, jika suatu ketika ada orang yang terkena musibah, maka harus segera dibantu, tanpa mempertanyakan agama yang dianutnya.
Hal yang demikian dilakukan karena musibah yang terjadi, seperti kecelakaan adalah bukan persoalan agama, tetapi persoalan kemanusiaan. Dalam al-Qur’an persoalan kemanusiaan ini termasuk hal yang harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya, dengan cara demikian itulah kerukunan antar umat beragama di Indonesia ini akan dapat di ciptakan di seluruh kalangan umat yang beragama.
BAB II KESIMPULAN
Dalam keyakinan islam, kepercayaan Terhadap Tuhan yang merupakan inti sikap keagamaan yang sejalan dengan fitrah manusia itu, karena keimanan itulah yang selanjtunya mendasari sikap, pandangan, dan pola hidup manusia dalam ekonomi, politik, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Demikian pula hubungan islam dengan Agama Hindu yang terjadi di India, hingga kini banyak diwarnai konflik dan permusuhan serta peperangan yang menelan korban jiwa. Setiap agama ternyata membawa ajaran kemanusiaan dan kedamaian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membangun kerukunan di antara agama-agama tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban Sebuah Telaah Kritis terhadap Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemoderenan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), cet, I hal 117
Setiawan Budi Utomo, dalam Yusuf al-Qardlawy, Anatomi Masyarakat Islam, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), cet. I, hal. Vii
0 komentar:
Posting Komentar
NB: Berikan Komentar yang sopan dan berkenaan dengan Artikel diatas.
Saya mohon maaf jika komentar sahabat dan rekan blogger terlambat di respon Karena banyaknya kegiatan yang mengikat he he he, Silahkan copas asalkan cantumkan juga sumbernya yah...!