SELAMAT DATANG SOBAT, JANGAN LUPA SIMPAN ALAMAT BLOG WWW.GRUPSYARIAH.BLOGSPOT.COM SUPAYA SOBAT MUDAH UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI DISINI

Aspek Pendidikan Yang Terkandung Pada Rukun Iman Pada Kehidupan Akhirat

Aspek Pendidikan Yang Terkandung Pada Rukun Iman Pada Kehidupan Akhirat | Mudharabah Dalam Teknis Perbankan (GS)
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Percaya kepada adanya kehidupan akhirat merupakan rukun iman yang kelima. Beriman kepada hari akhir sesudah beriman kepada allah menunjukan bahwa beriman kepada adanya kehidupan diakhirat merupakan hal yang amat penting.
Karena hal tersebut berisikan pesan bahwa seseorang yang beriman kepada allah dalam arti yang sesungguhnya atau pura-pura beriman. Hanya dapat dilihat hasilnya diakhirat nanti. Demikian pula seseorang yang melakukan amal ibadah dalam konteks iman kepada allah akan dapat dilihat hasilnya diakhirat nanti.
B.       Tujuan
Atas dasar latar belakang diatas, tujuan dari penyusun makalah ini adalah :
•        Dapat mendeskriminasikan aspek pendidikan yang terkandung pada rukun iman kehidupan akhirat.
•        Memahami konteks iman pada kehidupan akhirat
•        Memahami tafsir surat yang sudah di tetapkan pada makalah ini

BAB II PEMBAHASAN
Aspek Pendidikan Yang Terkandung Pada Rukun Iman Pada Kehidupan Akhirat
Pada surat al-baqorah ayat 177 menyebutkan bahwa orang yang beriman kepada hari akhir dan beriman kepada allah merupakan ciri orang yang benar-benar bertakwa. Disebutkannya beriman kepada hari Akhir sesudah beriman kepada Allah menunjukkan bahwa beriman kepada adanya kehidupan akhirat merupakan hal yang sangat penting.
Dalam berbagai literatur dijumpai adanya keimanan yang bertingkat-tingkat. Begitu pula keimanan terhadap hari akhir, seharusnya tidak hanya memiliki dampak positif di Akhirat saja, melainkan dunia juga.
Berkenaan dengan itu, pada bab ini diajak untuk mendalami makna beriman pada kehidupan akhirat dengan rujukan utama surat Qaaf ayat 19-23, Al-A’la ayat 14-17 dan surat Al-Hadid ayat 20. fokus kajian ini tidak semata-mata memahami ayat dari segi tekstualnya sebagaimana dijumpai dalam kitab-kitab tafsir, melainkan akan dikaji pula nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalamnya, serta bagaimana upaya-upaya mendidik keimanan tersebut yang efektif pada anak didik.
A.      Surat Qaaf Ayat 19-23
                     •                       
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.  Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, Maka kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. Dan yang menyertai dia Berkata : " inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku".(Q.S. QAAF, 50 : 19-23)
Dalam tafsir al- Maraghi, ayat-ayat tersebut dikelompokkan bersama dalam ayat 16, 17 dan 18 surat Qaaf yang menginformasikan bahwa tuhan mengetahui sesuatu yang tergetar dan tergores dalam hati manusia, dan tuhan secara rohaniah lebih dekat dengan manusia daripada urat lehernya. Pada ayat tersebut juga dijelaskan bahwa amal perbuatan manusia senantiasa dicatat dua malaikat yang disebelah kanan, dan sebelah kiri. Dari pengelompokkan tersebut dapat diketahui bahwa ayat 19-23 surat Qaaf tersebut berhubungan dengan pembicaraan disekitar niat, ucapan dan amal perbuatan manusia yang selalu dipantau oleh Allah melalui malaikatnya
Al-Maraghi lebih lanjut mengatakan bahwa ayat yang berbunyi :                                              
maksudnya bahwa sakarat al-maut yang pada umumnya manusia berusaha keras menghindarinya, namun itu semua tidak dapat dipungkiri. Hal yang demikian sejalan dengan pendapat Ibn kohsir yang mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah Allah mengingatkan kepada manusia bahwa sekarat al-maut itu akan datang dengan pasti, sehingga tidak ada keraguan dan kebimbangan sedikitpun.
Kemudian ayat yang berbunyi  mengatakan bahwa pada saat sangkakala ditiupkan pada tiupan yang pertama, itulah masa yang keadaannya amat dahsyat (al-Zaman al-adziem al-Ahwal), yaitu saat dimana Allah menjajikan balasan siksa bagi orang-orang yang inkar kepada allah SWT. Kemudian ayat yang berbunyi
yaitu bahwa pada saat itu setiap manusia datang menghadap tuhan dengan disertai malaikat yang mengiring (saiq), dan malaikat yang menjadi saksi (syahid). Malaikat ini memberikan kesaksian terhadap amal perbuatan yang dilakukan manusia selama masa hidupnya didunia, yang mencakup perbuatan yang baik atau yang buruk.
Sayyid Quthub berpendapat bahwa manusia hidup, bergerak, tidur, makan, minum, diam, berbicara, berjalan dan sebagainya berada dalam pantauan dan malaikat yang berada disebelah kanan dan kiri. Semua perbuatan manusia dinilai dan direm secara obyektif dan akurat oleh kedua malaikat tersebut. Meskipun manusia tidak dapat mengetahui bagaimana keadaan dua malaikat tersebut melakukan pekerjaannya, namun kita harus meyakininya berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an Al-Karim.
Adapun ayat
menginformasikan bahwa adanya malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia, kematian yang akan menjemputnya, dan kehidupan akhirat yang akan dikoninya sering dilupakan. Berkenaan dengan kandungan surat Qaaf yang sebagaiannya menceritakan tentang kematian dan kehidupan diakhirat dengan berbagai suka dukanya, maka Sayyid Quthub dalam Tafsirnya Fil Dzilal al-Qur’an menyatakan bahwa Rasulullah SWA sering menceramahkan kandungan surat ini pada kesempatan Shalat Idul Fitri dan Shalat Jum’at. Surat ini sering pula dijadikan topik dan obyek ceramah pada jamaah yang jumlahnya besar. Lebih lanjut sayyid Quthub mengatakan bahwa surat ini adalah surat yang menggetarkan.
B.       Surat Al-A’la Ayat 14-19
                   •         
Artinya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya Ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa.” (Q.S. AL-A’LAA, 87 : 14-19)
Surat Al-A’la juga menginformasikan tentang keadaan orang diakhirat nanti. Khusus pada ayat 14 sampai dengan ayat 17 surat Al-A’la dikemukakan bahwa orang yang akan berbahagia di akhirat nanti adalah orang yang datang menghadap Allah dalam keadaan jiwa yang bersih dari dosa.
Menyebutkan nama Allah lalu mengerjakan Shalat, maksudnya adalah menghadirkan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan Allah didalam hati sanubari, kemudian patuh dan tunduk terhadap keagungan dan kehebatannya. Seorang yang menyebut nama Tuhan-nya dan mengagungkannya didalam hati, serta takut dari ancamannya kemudian jiwanya penuh dengan rasa takut adalah termasuk orang yang imannya kokoh.
Dan orang yang selalu benar terhadap apa yang dilakukannya, niscaya ia akan mengutamakan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia. Hal yang demikian sejalan dengan pendapat akal yang sehat dan petunjuk syara’. Diketahui bahwa kehidupan akhirat bersifat kekal dan kenikmatannya tidak akan pernah sirna, tidak ada kekurangan dan cacat, sedangkan kehidupan duniawa akan sirna. Barang siapa lebih mendahulukan kehidupan dunia dan mencintai perhiasan dunia, berarti orang tersebut tidak membenarkan adanya kehidupan akhirat, atau keimanan orang tersebut tidak dapat melewati ucapannya, dan tidak sampai pada hatinya. Dengan demikian, balasan pahala sebagaimana dijanjikan bagi orang-orang yang beriman tidak sampai kepada orang tersebut.
C.       Surat Al-Hadid (57) Ayat 20
                                        
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Q.S. AL-HADIID, 57 : 20)
Menurut Al-Maraghi, ayat tersebut menggambarkan sifat dari kehidupan dunia yang diantaranya adalah mudah sirna kehidupan dunia justru harus dilihat dalam upaya mencapai kehidupan akhirat. Seseorang yang mementingkan kehidupan dunia, maka jika ia mendapatkan kehidupan dunia itu saja, Namun jika ia mementingkan kehidupan akhirat maka ia mendapatkan kehidupan dunia dan akhirat, sebab untuk mencapai kebahagiaan di akhirat maka ia harus mencapai kehidupan di dunia.
Allah SWT sebagai Yang Maha Pengasih dan Penyayang, mengingatkan kepada makhluknya agar jangan sampai terpedaya oleh kenikmatan kehidupan dunia yang demikian itu. Menurut al-Qur’an akhirat sangat penting karena berbagai alasan, alasan-alasannya yaitu :
1.       Moral dan keadilan sebagai konstitusi realitas menurut al-Qur’an adalah kualitas untuk menilai amal perbuatan manusia karena keadilan tidak dapat dijamin berdasarkan apa-apa yang terjadi di atas dunia.
2.       Tujuan-tujuan harus dijelaskan dengan seterang-terangnya sehingga manusia dapat melihat apa yang telah diperjuangkannya dan apa tujuan-tujuan yang sesungguhnya dari kehidupan ini. Hal ini teramat penting didalam keseluruhan doktrin al-Qur’an tentang kebangkitan kembali, karena “penimbangan amal-perbuatan” masyarakat dan tergantung padanya.
3.       Alasan ke-3 sangat erat hubungannya dengan alasan ke-2 perbantahan, perbedaan pendapat, dan konflik diantara orientasi-orientasi manusia akhirnya harus selesai.
Didalam al-Qur’an terdapat istilah-istilah lain yang berhubungan dengan hari akhir, yaitu :
a.     Yaumul al-Qiyamah (hari kiamat)
b.     Yaumul al-Wa’dah (hari pembalasan)
c.     Yaumul al-Waqi’ah (hari kejadian)
d.     Yaumul al-Taghabun (hari penyelesaian)
e.     Yaumul al-Hasyr (hari digiring)
f.     Yaumul al-Ba’ts (hari kebangkitan)
g.     Yaumul al-Zilzal (hari gonjang-ganjing)
h.     Yaumul al-Hisab (hari perhitungan), dan sebagainya.
Berdasarkan istilah tersebut jika dihubungkan antara satu dan lainnya dapat dikemukakan sebagai berikut, yaitu bahwa hari akhir dimulai dengan munculnya kejadian (al-waqiah) yang mengagetkan, bergetar dan gunjang-ganjing (al-zilzal) dilanjutkan dengan ditegagkannya (al-qiyamah) aturan tuhan dibangkitkan dari dalam kubur (al-ba’ts) digiring menuju tuhan, dihitung segala amal perbuatannya dan diberikan balasan atau ganjaran, hasilnya ada yang menyesal dan setelah itu barulah ia ditempatkan disurga atau neraka, dan inilah kehidupan akhirat.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa keimanan terhadap hari akhir memiliki empat implikasi kependidikan, yaitu :
1.      Implikasi materi atau muatan pendidikan, yakni bahwa keimanan terhadap hari akhir merupakan bagian terpenting dari materi pelajaran yang harus diberikan. Materi keimanan ini bahkan harus mendasari seluruh materi pelajaran lainnya, termasuk mata pelajaran dibidang studi umum
2.     Implikasi materi atau muatan pendidikan akhlak sebagai hasil dari materi pendidikan keimanan
3.     Implikasi evaluasi pendidikan yang berfungsi untuk melihat hasil pendidikan secara abyektif
4.     Implikasi administratif, yakni hasil dari proses pendidikan sekecil apapun harus dihitung dan dipadukan antara satu bagian dengan bagian lain, sehingga dapat diketahui hasilnya secara utuh. Maksudnya di akhirat nanti setiap orang akan mendapatkan buku catatan amalnya, dan hasil catatan tersebut akan dibacakan dan digelar secara terbuka, dan diterimakan oleh orang yang bersangkutan.
Seperti firman Allah : Dan tiap-tiap manusia itu kami tetapkan amal prbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. Bacalah kitabmu, cukup dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisap terhadapmu (Q.S. al-Isra’; 17 : 13-14)  

BAB III KESIMPULAN
Adanya kehidupan akhirat dengan berbagai permasalahannya bukanlah termasuk masalah empiris yang dapat diobservasi, melainkan termasuk masalah yang hanya dapat diimani, yaitu mengimani yang berdasarkan informasi, yang diberikan oleh aleh Allah SWT. Atas dasar keyakinan ini, maka untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang kehidupan akhirat harus menujuk kepada informasi yang diberikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur’an.
Percaya kepada adanya akhirat (kehidupan) merupakan rukun iman yang kelima. banyak dijumpai dalam al-qur’an mengenai ayat-ayat yang menjelaskan tentang kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Diantaranya yaitu pada surat :
1.       Surat Qaaf (50) ayat 19-23
2.       Surat Al-A’la (87) ayat 14-19
3.       Surat Al-hadid (57) ayat 20
Maka demi itu, kita sebagai umat islam sebaiknya meyakini akan adanya hari akhir. Bahwa sesungguhnya hari akhir itu pasti akan datang apabila waktunya telah tiba.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Nata, Abuddin MA. 2010. Tafsir ayat-ayat pendidikan Jakarta : raja wali press.

0 komentar:

Posting Komentar

NB: Berikan Komentar yang sopan dan berkenaan dengan Artikel diatas.

Saya mohon maaf jika komentar sahabat dan rekan blogger terlambat di respon Karena banyaknya kegiatan yang mengikat he he he, Silahkan copas asalkan cantumkan juga sumbernya yah...!

Copyright: © 2012- By : Grup Syariah Metro™ Kumpulan Makalah Pendidikan Dan Tempat Berbagi Ilmu Pengetahuan
Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute