SELAMAT DATANG SOBAT, JANGAN LUPA SIMPAN ALAMAT BLOG WWW.GRUPSYARIAH.BLOGSPOT.COM SUPAYA SOBAT MUDAH UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI DISINI

Implementasi Teori teori dalam pembelajaran



PENDAHULUAN
 
Guru adalah perancang penting kegiatan pembelajaran. Tak ayal jika guru pasti mengenal berbagai macam teori belajar dan pembelajaran. Akan tetapi, tak sedikit para guru yang tak bisa merealisasikan teori pembelajaran itu dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini karena guru belum menganalisis kesesuaian teori-teori
belajar yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Untuk itu, berikut akan dibahas mengenai implementasi teori belajar.
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefinisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
PEMBAHASAN


A.     Implementasi Teori Behavioris
Teori ini secara umum melihat sosok atau kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang dapat dilihat secara impirik. Inti dari teori behavioris ini terletak pada upaya memahami perilaku secara total. Dalam teori ini seseorang dianggap telah belajar jika ia dapat menunjukan perubahan perilakunya. Teori behavioris adalah salah satu teori yang memiliki kontribusi cukup signifikan dalam pembelajaran. Teori ini juga merupakan teori yang selama ini dipakai oleh banyak guru-guru di Negara kita.[1]
Hingga kini teori ini masih merajai praktek pembelajaran yang ada di Indonesia. Pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement (hukuman) masih sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil menurut teori ini ditentukan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon yang diterima oleh siswa. Indikasi keberhasilan menurut teori ini adalah adanya perubahan tingkah laku yang nyata dalam kehidupan peserta didik.
Perubahan titik dilihat dari perspektif intelektualnya tetapi lebih pada tingkah laku dalam kehidupan sosialnya. Dalam kegiatan pembelajaran dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang pengetahuan adanya objektif, pasti, tetap dan tidak berubah.  Pengetahuan menurut teori ini telah terstruktur dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang telah belajar atau siswa[2]. Dalam kegiatan pembelajaran menurut teori ini, seseorang siswa diharapkan harus memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Serta dalam proses belajar dan pembelajarannya cukup terlihat bahwa yang cenderung memiliki keaktifan adalah gurunya. Seorang murid dalam kegiatan belajar mengajar cenderung bersifat pasif dan harus mematuhi dan mempercayai bahwa segala sesuatu yang dikatakan dan disampaikan guru adalah suatu kebenaran yang tidak bisa diganggu gugat.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pelajar untuk berfikir linear, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Oleh karena itu, implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi, dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena system pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga tekanan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya, pelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.



B.     Implimentasi Teori Kognitif
Teori kognitif adalah teori yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diukur dan diamati. Dalam teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Teori pembelajaran ini adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan praktek-praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik. Meskipun teori ini memiliki berbagai kelemahan akan tetepi, teori kognitif ini juga memiliki kelebihan yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satunya aspek positifnya adalah kecerdasan peserta didik perlu di mulai dari adanya pembentukan intelektual dan mengorganisasikan alat-alat kognisi.
Sebagai seorang pendidik kita harus menyadari bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan penyampaian informasi kepada peserta didik, yang nantinya informasi tersebut diolah oleh alat-alat kognisi yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, pelaksanaan  pembelajaran kualitas intelektualnya. Pada dasarnya proses pembelajaran adalah suatu system artinya keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh salah satu faktor saja, tetapi lebih di tentukan secara simultan dan komperehensif dari berbagai faktor yang ada. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seorang guru harus menciptakan pembelajaran yang natural, tidak perlu ada suatu rekaan atau paksaan kepada siswanya.
Dalam kegiatan pembelajaran materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual dan relevan dengan realitas kehidupan peserta didik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak hanya bisa dilakukan di dalam ruangan saja tetapi juga bisa dilakukan di luar ruangan dengan cara memanfaatkan alam sekitar sebagai wahana tempat pembelajaran. Metode yang dapat digunakan juga tidak harus selalu monoton, metode yang bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam pembelajaran menurut teori ini. Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran amat dipentingkan karena hanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Selain itu, seorang guru juga harus mampu memahami dan memperhatikan perbedaan individual anak, arena anak, karena hal ini merupakan faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran.

C.     Implementasi Teori Konstruktivisme
Pengertian belajar menurut teori ini adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu di bangun atas dasar realitas yang ada di lapangan. Teori ini membawa implikasi dalam pembelajaran yang bersifat kolektif dan komplek.  Menurut pandangan ini, dalam proses pembelajaran siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyususn konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Dalam konteks ini siswa dianggap sebagai seorang pribadi yang memiliki kebebasan untuk membangun idea atau gagasan tanpa harus di interverensi oleh siapapun, siswa diposisikan sebagai kmanusia yang dewasa yang sudah memiliki modal awal pengetahuan untuk menerjemahkan pengetahuan yang akan dipelajarinya. Guru dalam konteks ini berperan sebagai pemberdaya seluruh potensi yang memiliki siswa agar siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran menurut teori ini, seorang guru harus memiliki daya kreasi yang tinggi untuk bisa mendesain suasana pembelajaran yang kondusif, suasana pembelajaran yang mampu memberikan kebebasan kepada siswanya untuk mengekspresikan dirinya sesuai dengan kemauanya. Serta, semua kegiatan pembelajaran harus banyak dikaitkan dengan realitas kehidupan Masyarakat. Kegiatan pembelajaran cenderung menggunakan model pembelajaran kooperatif[3]. Pelaksanaan evaluasi menurut teori ini tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi sarana untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.

D.    Implikasi Teori Humanistic
Teori humanistic lebih menekankan pada bagaimana memahami persoalan manusia dair berbagai dimensi yang dimilikinya, baik dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kegiatan pembelajaran memiliki tujuan utama untuk kepentingan memanusiakan manusia (proses humanistic). Teori ini lebih banyak membahas mengenai konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang di cita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Keberhasilan implementasi menurut teori ini, dalam belajar harus dilakukan dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan, memberi kebebasan siswa dalam memahami dan mengatasi materi atau informasi yang diterimanya. Guru harus bisa menciptakan pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.  
Keterlibatan siswa secara fisik juga merupakan wahana untuk menghilangkan kejenuhan dari kegiatan pembelajaran yang yang tiap hari mereka kerjakan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memenuhi kriteria diatas dapat dilakukan dengan cara guru merubah wahana atau  situasi tempat pembelajaran, misalnya saja pembelajaran yang biasanya dilakukan di dalam kelas kita bisa merubahnya denan belajar di luar kelas seperti di kebun ataupun dihalaman sekolah.[4]
Sedangkan mengenai metode atau strategi yang dilakukan, seorang guru bisa melaksanakan pembelajaran yang monoton atau pembelajaran yang hanya terpusat kepada siswa. Tetapi pembelajaran juga terpusat pada siswa sehingga tidak hanya gurunya saja yang aktif tetpai siswanya juga harus aktif juga. Dengan siswanya aktif di harapkan siswa akan memiliki kompetensi yang lebih untuk memahami dan mengerti akan materi yang sedang di pelajari.
Teori humanistik ini akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang luas. Dalam konteks ini, upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan di lakukan untuk mencapai tujuannya.
Meskipun teori humanistic ini, sukar untuk diterjemahkan ke dalam langkah-langkah yang praktis  dan operasional, namun sumbangan teori ini sangat besar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di setiap sekolah.




Para ahli Humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :
  • Proses pemerolehan informasi baru,
  • Personalia informasi ini pada individu.[5]
Prinsip- prinsip belajar humanistik:[6]
  1. Manusia mempunyai belajar alami
  2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
  3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
  4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
  5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar
  6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
  7. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
  8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
  9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
  10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
KESIMPULAN

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1].Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.


DAFTAR PUSTAKA

Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,2008. Jakarta Rienika Cipta
Muhambbin Syah, Psikoli Belajar, 2009. Jakarta: Raja Grafindo Persada.



[1] Yusuf Al Qardhawi Psikologi Pendidikan, Mesir:1984
[2] Ibid, hlm. 83
[3] Kooperatif  mempunyai arti kerja sama antara guru dengan siswa atau sebaliknya, siswa dengan guru jadi mempunyai timbal balik antara keduanya.
[4] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,2008. Jakarta Rienika Cipta
[5] Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
[6] Ibid, hlm. 89

0 komentar:

Posting Komentar

NB: Berikan Komentar yang sopan dan berkenaan dengan Artikel diatas.

Saya mohon maaf jika komentar sahabat dan rekan blogger terlambat di respon Karena banyaknya kegiatan yang mengikat he he he, Silahkan copas asalkan cantumkan juga sumbernya yah...!

Copyright: © 2012- By : Grup Syariah Metro™ Kumpulan Makalah Pendidikan Dan Tempat Berbagi Ilmu Pengetahuan
Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute