SELAMAT DATANG SOBAT, JANGAN LUPA SIMPAN ALAMAT BLOG WWW.GRUPSYARIAH.BLOGSPOT.COM SUPAYA SOBAT MUDAH UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI DISINI

Cabang Cabang Filsafat Etika dan Estetika

Cabang Cabang Filsafat Etika dan Estetika | Kegunaan Filsafat (GS)
BAB I  PENDAHULUAN
Filsafat yang dibahas dalam Makalah ini, mula-mula merujuk pada penelusuran secara historis tentang perkembangan filsafat yang dimulai pada masa Yunani Kuna.
Di masa Yunani Kuna (abad IV – VI SM), anggapan berfilsafat selalu diartikan sebagai upaya manusia dalam mencari kebijaksanaan. Upaya ini sejalan dengan melihat secara etimologis tentang arti filsafat, yaitu philosophia, yang artinya senang, suka (philos) akan kebijaksanaan (sophia). Bagi orang Yunani, senang akan kebijaksanaan selalu diarahkan dengan kepandaian yang bersifat teoritis dan praktis. Kepandaian bersifat teoritis adalah upaya manusia mencari pengetahuan yang penuh dengan gagasan dan idea-idea, ataupun konsep-konsep yang tentunya sejalan dengan cara atau alam pikiran mereka. Pada mulanya gagasan ataupun idea-idea bangsa Yunani diarahkan untuk memahami alam semesta ini dengan cara membuat atau menghadirkan mitos-mitos.
Di dalam mitos-mitos itulah kekuatan alam semesta berada pada genggaman para penguasanya yaitu para Dewa. Dengan demikian manusia atau bangsa Yunani sangat tergantung pada alam pikiran yang bersifat magis bahkan dianggap tidak rasional, karena hanya di tangan para Dewa lah dunia dengan segala isinya itu hadir diantara mereka (Jujun S.Sumatriasumatri: 1988,hal.23).
BAB II
PEMBAHASAN
CABANG-CABANG FILSAFAT (ETIKA DAN ESTETIKA)


A.   Pengertian Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya (Burhanuddin Salam: 1997,hal. 35). Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S.Sumatriasumatri: 1988.23).
Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan. Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula.
B.   Penilaian Dalam Aksiologi
Dalam Aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah-satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para kaum shopis. Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan (Jujun S.Sumatriasumatri:1988, hal. 45).

C.   Pengertian Etika
Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani, yaitu Ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminology, etika adalah cabang filsfat yagn membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik dan buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia, yaitu yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan, kata-kata, dan sebagainya. Adapun motif, watak, dan suara hati sulit untuk dinilai. Tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang dikerjakan dengan tidak sadar tidak dapat dinilai baik buruknya (Surajiyo: 2005, hal. 88).
Ruang lingkup etika meliputi bagaimana caranya agar dapat hidup lebih baik dan bagaimana caranya untuk berbuat baik serta menghindari keburukan. Etika dapat dibagi menjadi dua pokok yaitu:
1.   Etika Deskriptif
2.   Etika Normatif
Etika deskriptif hanya melukis,  menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak  memberikan penilaian, tidak memilih mana yang baik baik dan mana yang buruk, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat. Contohnya sejarah etika.
Sedangkan etika normative yaitu sudah memberikan penilaian mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak. Etika normative dapat dibagi menajadi etika umum dan etika khusus. Etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai, motivasi suatu perbuatan, suara hati, dan sebagainya. Etika khusus adalah pelaksanaan dari prinsip-prinsip umum, seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan sebagainya (Surajiyo: 2005, hal. 88).
Pembagian etika yang lain adalah etika individual dan etika social. Etika individual membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia sebagai individu. Misalnya tujuan hidup manusia. Etika social membicarakan tingkah laku atau perbuatan dalam keluarga, Masyarakat dan Negara (Sunoto: 1982, hal. 5-6).
Moral berasa dari kata Latin Mos jamaknya Mores yang mempunyai arti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada. Ajaran moral adalah ajaran, wejaan, khotbah, atau peraturan, apakah lisan atau tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral adalah berbagai orang dalam kedudukan yang berwenang, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan para bijak seperti kitab Wulangreh karangan Sri Sunan Pakubuwono IV. Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, tetapi filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran-ajaran moral tidak berada ditingkat yang sama (Franz Magnis: 1987, hal. 14).
Etika pada hakikatnya mengamati moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggung jawaban dan mau menyingkatkan kerancuan (kekacauan). Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral yang dikemukakan dipertanggung jawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral, sedangkan kata moral, selalu mengacu pada baik dan buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik dan buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas (Franz Magnis Suseno:1987, hal. 18). Objek etika menurut Franz Magnis Suseno (1987) adalah pernyataan moral. Apabila diperiksa segala jenis moral, pada dasarnya hanya dua macam, yaitu pernyataan tentang tindakan manusia dan pernyataan tentang manusia sendiri atau tentang unsur-unsur kepribadian manusia seperti motif-motif, maksud, dan watak. Ada himpunan pernyataan ketiga yang tidak bersifat moral, tetapi penting dalam rangka pernyataan tentang tindakan.
D.   Pengertian Estetika
Estetika dari kata Yunani Aesthesis  atau pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan.  Objek dari estetika adalah pengamalan akan keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dari keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni), diselidiki emosi manusia sebabagai reaksi  terhadap yang indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan sebagainya.  Dalam estetika  dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normative. Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejalapengalaman keindahan, sedangkan estetika normative mencari dasar pengalaman itu. Misalnya, ditanyakan apakah keindahan itu akhirnya sesuatu yang objektif (terletak dalam lukisan) atau justru subjektif (terletak dalam mata manusia itu sendiri)  (Surajiyo: 2005, hal.101).
Perbedaan lain dari estetika adalah estetis filsafat dengan estetis ilmiah. Melihat bahwa definisi estetika merupakan suatu persoalan filsafat yang sejak dulu sampai sekarang cukup diperbincangkan para filsuf dan diberikan jawaban yang berbeda-beda. Perbedaan itu terlihat dari berlainannya sasaran yang dikemukakan. The Liang Gie merumuskan sasaran-sasaran itu adalah sebagai berikut:
1.   Keindahan
2.   Keindahan dalam alam dan seni
3.   Keindahan khusus pada seni
4.   Keindahan ditambah seni
5.   Seni (segi penciptaan dan kritik seni serta hubungan dan peranan seni)
6.   Citarasa
7.   Ukuran nilai baku
8.   Keindahan dan kejelekan
9.   Nilai nonmoral (nilai estetis)
10.                Benda estetis
11.                Pengamalan estetis (The Liang Gie: 1983, hal.20-21).
Estetis filsafati adalah estetis yang menelaah sasarannya secara filsafati dan sering disebut estetis tradisional. Estetis filsafati ada yang menyebut estetis analitis, karena tugasnya hanyalah mengurai. Hal ini dibedakan estetis yang empiris atau estetis yang dipelajari secara ilmiah. Jadi, estetis ilmiah adalah estetis yang menelaah estetis dengan metode-metode ilmiah, yang tidak lagi merupakan cabang filsafat. Pada abad XX, estetis ilmiah sering disebut juga estetis modern untuk membedakannya dengan estetis tradisional yang bersifat filsafati (The Liang Gie: 1983, hal. 21).
E.   Pengertian Keindahan
Keindahan menurut etimologi berasal dari  kata Latin Bellum akar kata Bonum yang berarti kebaikan.  Menurut cakupannya dibedakan keindahan sebagai suatu kulitas abstrak (beauty) dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah (the beautiful). Kedua hal itu dalam filsafat kadang-kadang dicampur adukan saja. Keindahan menurut luasnya dibagi menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut:
1.   Keindahan dalam arti  yang terluas
Keindahan merupakan pengertian yang berawal dari bangsa Yunani dahulu yang di dalamnya tercakup ide kebaikan. Plato menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah. Aristoteles menyebut ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Bangsa Yunani juga mengenal pengertian berdasarkan penglihatan, harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi, pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi keindahan seni, alam, moral, dan intelektual
2.   Keindahan dalam arti estetis murni
Menyagkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicapainya.
3.   Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
Jadi, disini lebih di sempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang diserap dengan penglihatan berupa keindahan dari bentuk dan warna. Semuanya belum jelas apa sesungguhnya keindahan itu? Hal itu memang menjadi suatu persoalan filsafat yang jawabannya beraneka ragam. Salah satu jawabanya adalah mencari cirri-ciri hakiki itu dengan pengertian keindahan. Jadi, keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu. Kualitas yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), perlawanan (contrast) (The Liang Gie: 1983, hal. 34-35).

F.   Filsafat Seni
Filsafat seni merupakan salah satu cabang dari rumpun estetis filsafati yang khusus menelaah tentang seni. Lucius Garvin berpendapat, filsafat seni adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan teori tentang penciptaan seni, pengalaman seni dan kritik seni. Joseph Brennan merumuskan penelaahan mengenai asas-asas umum dari penciptaan dan penghargaan seni (The Liang Gi: 1983, hal.59).
Persoalan-persoalan pokok dalam seni meliputi empat persoalan pokok, yaitu sebagai berikut:
1.   Pengertian seni
2.   Penggolongan jenis-jenis seni
3.   Susunan seni. Ini mencakup problem-problem yang lebih terperinci tentang:
a.    Pokok soal dan tema
b.    Bahan dan unsur
c.    Organisasi dan style
4.   Nilai-nilai seni
Selain empat hal diatas, masih dapat ditambahkan dengan teori-teori yang mengenai:
a.    Asal mula seni
b.    Sifat dasar dari seni
c.    Bentuk dan pengungkapan dalam seni serta berbagai teori sejarah seni (The Liang Gie: 1983, hal. 59).

1.   Pengertian Seni
Apakah seni itu? Dijawab oleh para filsuf dan ahli estetis sepanjang masa dengan pilihan yang berbeda-beda. Menurut The Liang Gie, ada lima jawaban mengenai pengertian seni yaitu: seni sebagai kemahiran (skill), seni sebagai kegiatan manusia (Human Activity), seni sebagai Karya Seni, seni sebagai seni indah (fine art), dan seni sebagai penglihatan (visual art).
2.   Penggolongan seni
Penggolongan seni disesuaikan dengan ukuran yang dipergunakan masing-masing ahli tesis. Adapun penggolongan Seni itu  dapat digolongkan sebagai:
a.    Seni kasar
b.    Seni indah, seni berguna/seni terapan/seni praktis
c.    Seni besar dan seni kecil



3.   Susunan Seni
Setiap karya seni merupakan ramuan dari sejumlah unsure yang bersama-sama menyusun dan mewujudkan karya itu.  Dari sudut ini terhadap suatu karya seni dapatlah dipermasalahkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a.    Karya itu mengenai apa? Jawabanya menjadi pokok soal dari karya seni. Paka karya-karya tertentu terdapat tema atau ide pokok yang menjadi landasannya
b.    Karya itu terbuat dari apa? Ini persoalan bahan atau material dari karya sni tersebut
c.    Karya itu bagaimana cara penyusunannya? Ini masalah pengorganisasian dair bahan atau segenap unsur-unsur sehingga menjadi suatu kebulatan yang utuh.
4.   Nilai Seni
Dilihat dari sudut mediumnya suatu karya seni mempunyai nilai indrawi yang menyebabkan seseorang pengamat menikmati atau memperoleh kepuasan dari cirri-ciri indrawi yang disajikan oleh suatu karya seni. Misalnya, warna-warni yang terpancar dari sebuah lukisan, kata-kata yang indah terdengar dalam suatu music. Nilai bentuk adalah menghargai atau mengagumi bentuk besar dan pelbagai bentuk kecil dalam karya seni (The Liang Gie: 1983, hal. 72-73).
Seni tidak hanya menyajikan bentuk-bentuk yang diserap indra mata saja, tetapi juga mengandung tujuan abstrak yang bersifat rohaniah, yaitu suatu makna yang dapat member arti bagi manusia. Adapun nilai-nilai seni tersebut yaitu:
a.    Nilai kehidupan
b.    Nilai pengetahuan
c.    Nilai keindahan
d.   Nilai indrawi dan nilai bentuk
e.    Nilai kepribadian
f.     Nilai penciptaan seni (Surajiyo: 2005, hal. 113).
BAB III KESIMPULAN
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah-satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para kaum shopis. Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika
Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Salam Burhanuddin, 1997. Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Reneka Cipta.

Sumatriasumatri Jujun S., 1988. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan,


Liang Gie, The.1987. Garis-garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan).Yogyakarta: Supersukses.

                       , 1987. Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Yayasan Studi Islam dan Teknologi.

Magnis Suseno Franz, 1987. Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius

Surajiyo, 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengatar, Jakarta: Bumi Aksara.

Sunoto, 1982. Bunga Rampai Filsafat. Yogyakarta: Yayasan Pembinaan Fak. Filsafat UGM.

2 komentar:

  1. wuih....mantefff kang makalahnya...ajib tenan nich
    thank dah share

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mas sandy udh berkunjung, tp terkdang sya ktika publish mngalami kendala ditmpilan.

      Hapus

NB: Berikan Komentar yang sopan dan berkenaan dengan Artikel diatas.

Saya mohon maaf jika komentar sahabat dan rekan blogger terlambat di respon Karena banyaknya kegiatan yang mengikat he he he, Silahkan copas asalkan cantumkan juga sumbernya yah...!

Copyright: © 2012- By : Grup Syariah Metro™ Kumpulan Makalah Pendidikan Dan Tempat Berbagi Ilmu Pengetahuan
Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute